Di Jalan Terjal, Dalam Pelukan Mimpi
Di Jalan Terjal, Dalam Pelukan Mimpi: Catatan Spiritual Seorang Ayah
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus berputar, ada seorang ayah, pemimpin kecil di dalam rumah tangganya, yang sedang menapaki tanjakan kehidupan dengan napas tersengal dan langkah penuh beban. Namanya Arif. Sejak usahanya hancur karena badai pandemi, hari-harinya diisi bukan hanya oleh tanggung jawab sebagai suami dan ayah, tapi juga oleh kegelisahan, utang, dan ketidakpastian akan masa depan.
Tiap malam, matanya sulit terpejam. Bukan karena kopi, tapi karena pikiran yang terus berputar mencari jalan keluar. Tak jarang, malam-malam itu berubah menjadi panggung bisu, di mana mimpi menjadi bahasa dari semesta. Entah dari alam bawah sadar, atau dari dimensi ruhani yang lebih tinggi.
Pertemuan Pertama: Mbah Putri dan Pesan Misterius
Dalam sebuah mimpi, siang bolong, almarhum Mbah Putri datang tergesa-gesa. "Rif, Rif... kamu sudah ditunggu temanmu bernama Amir di desa sebelah." Arif bingung. Ia tidak merasa punya teman bernama Amir. Tapi dalam mimpi, ia menurut. Dengan susah payah menapaki jalan tanjakan yang licin, ia sampai di rumah tetangga. Di sana, sudah ada perempuan-perempuan yang menengok bayi yang baru lahir. Ia tidak sempat bertanya siapa Amir itu. Mimpi selesai.
Mbah Putri adalah sosok leluhur yang penuh kasih. Nama "Amir" sendiri bisa berarti pemimpin, atau mungkin representasi dari diri Arif yang lebih tinggi. Anak yang baru lahir bisa dimaknai sebagai bagian diri yang baru—potensi kelahiran kembali. Namun saat itu, Arif belum menemukan jawabannya.
Mimpi-Mimpi Bersama Pakde: Kendaraan Hidup dan Pelajaran Kehidupan
Setelah itu, Arif bermimpi bertemu almarhum Pakde sebanyak lima kali. Sosok yang semasa hidupnya adalah sopir sejati, hadir dalam mimpi-mimpi yang selalu berhubungan dengan kendaraan—mobil tua, filter rusak, mesin mogok, hingga bus besar di tanjakan.
Dalam salah satu mimpi, ia sedang memperbaiki mobil kijang tua yang brebet. Pakde datang dan menjelaskan detail demi detail kerusakannya dan cara memperbaikinya, seolah sedang mengajar langsung.
Dalam mimpi lain, Arif membawa bus tua melewati tanjakan curam. Di puncaknya, jalan ternyata putus dan langsung mengarah ke jurang dalam. Ia segera menghentikan bus. Pakde tiba-tiba menarik rem tangan dan berkata, "Kalau berhenti di tanjakan, rem tangan harus langsung ditarik, dan ganjal roda biar tidak mundur."
Jika hidup terlalu berat, tarik remmu. Jangan biarkan dirimu mundur dan jatuh. Ganjal jiwamu dengan doa dan keimanan.
Mimpi Dibonceng Teman: Tersesat dalam Pencarian
Dalam mimpi lain, Arif dibonceng seseorang yang tidak dikenalnya. Tujuannya jelas, jalannya benar, tapi tempat yang dicari tak kunjung ditemukan. Mereka terus berputar-putar, sampai akhirnya Arif berkata, "Ini sudah terlalu jauh nyasarnya. Kita tidak tahu jalan, bagaimana kita bisa pulang?"
Pertanyaan itu menusuk hati. Barangkali itulah suara jiwanya sendiri: sedang lelah, tersesat, dan ingin pulang. Tapi ke mana arah pulang itu?
Golek Kencana: Kilasan Jiwa Emas
Di suatu malam yang hening, Arif bermimpi melihat sebuah golek kencana—boneka emas Jawa—dan menyentuhnya. Seketika, ia terbangun. Seolah semesta membisikkan bahwa dirinya menyimpan sesuatu yang sangat berharga, namun belum sepenuhnya sadar akan nilainya sendiri.
Golek kencana bukan hanya benda, ia simbol jiwa luhur, kesadaran emas yang tersembunyi di dalam diri. Mimpi ini datang bagaikan sinyal bahwa perjalanan batin Arif sedang mendekati pintu besar.
Malam Satu Suro: Mimpi Angkong dan Aliran Air yang Terputus
Di malam Satu Suro, Arif mengalami mimpi yang kuat maknanya. Ia mendorong angkong penuh muatan melintasi jembatan. Setelah sampai, ia berbelok ke kiri menyusuri tepi sungai. Di situ, air meluap membanjiri jalan. Ia tetap maju hati-hati. Namun angkong terpeleset, nyaris jatuh.
Di tengah kekalutan itu, ia terkejut melihat bahwa aliran air yang seharusnya menuju rumahnya telah dialihkan, disingkirkan. Tiga orang berada di sana. Satu menertawakannya, satu hanya diam, dan satu lagi membantu menegakkan angkong yang miring—anehnya, semua muatan tetap utuh, tak satu pun jatuh meski tanpa diikat.
Barangkali mimpi ini menyiratkan: ada pihak yang menghalangi rezeki dan aliran kebaikan untuk keluarganya, namun tetap ada jiwa baik yang menolong. Dan selama ia tetap berhati-hati, tak mudah menyerah, beban hidupnya akan tetap bisa dijaga.
Di Jalan Terjal, Tapi Tidak Sendiri
Semua mimpi ini datang tidak berurutan, tapi saling melengkapi. Arif sadar, mungkin ini bukan sekadar bunga tidur. Mungkin ini adalah panggilan. Bahwa ia tidak sendirian di tanjakan berat ini. Ada doa para leluhur, ada tuntunan spiritual yang halus namun nyata. Dan yang paling penting: ada jiwa baru yang sedang mencoba lahir kembali dari dalam dirinya sendiri.
Jika hatimu tersentuh dan ingin membantu Arif melanjutkan perjuangannya sebagai ayah dan pencari makna hidup, kamu bisa mendukungnya melalui donasi:
Hidup ini mungkin berat. Tapi dalam mimpi dan keyakinan, ada rem tangan yang bisa menyelamatkan. Ada golek kencana yang bisa disentuh. Ada pulang yang masih bisa ditemukan.
Comments
Post a Comment